Tuesday, November 11, 2014

KASIH

Masih ingat arti KASIH dalam Kitab Perjanjian Baru? Bagi umat beragama Kristen, sejak kecil kita sudah disuruh menghafalkan ayat hafalan. Ayat Alkitab yang paling populer adalah Kejadian 20 : 12, "Hormatilah Ayahmu dan Ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang dijanjikan Tuhan Allahmu kepadamu." Atau Efesus 6 : 1," Hai anak-anak, taatilah orangtuamu didalam Tuhan karena haruslah demikian." Kasih diajarkan pertama kali dalam keluarga. Anak kepada orangtua dan orangtua terhadap anak. Begitupun antara suami dan istri, dalam Efesus 5:25 dan 28 "Hai suami, kasihilah istrimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya . (28) Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri:Siapa mengasihi isterinya mengasihi dirinya Sendiri ."Sebelumnya kita baca dalam Efesus 5:22-23, "Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan. (23) Karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh.

Apa sebenarnya KASIH itu? Kalau kita buka dalam  Korintus 13 : 1-3 “Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. (2) Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku mempunyai iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. (30 Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku.”  Dilanjutkan dengan 1 korintus 13 : 13 : 4 - 8, " Kasih itu sabar, kasih itu murah hati; Ia tidak cemburu, ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. (5) Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri, ia tidk pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. (6) Ia tidak bersukacita karena ketidak adilan, tetapi ia bersukacita karena kebenaran. (7) Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu. (8) Kasih tidak berkesudahan; Nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; Pengetahuan akan lenyap.

Ada cerita tentang seorangIbu yang sering dianiaya oleh suaminya pada waktu anak-anaknya masih kecil. Akhirnya ibu tersebut tidak tahan dan melarikan diri meninggalkan anak-anaknya dan suaminya. Si sulung yang baru menginjak remaja terpaksa harus bisa mengurus adik-adiknya yang masih kecil-kecil karena ayah mereka selalu bekerja keluar kota. Akhirnya sisulung memutuskan untuk pergi dan membawa adiknya, meninggalkan rumah ayahnya dan tinggal bersama nenek mereka yang sudah hidup menjanda. Baik sang ayah maupun sang ibu memutuskan untuk menikah kembali. Sayangnya pria pilihan ibunya tidak mampu membiayai mereka semua, sehingga mereka justru meninggalkan anak-anaknya sementara sang ayah kandung juga menghilang entah kemana. Untuk mencukupi kebutuhan mereka mengandalkan hasil kebun sang nenek yang hanya cukup untuk makan sehari-hari. Sementara untuk uang sekolah sang kakak menjual sebagian pakaiannya ke tukang loak. Tuhan selalu memelihara mereka, memberikan talenta yang bisa dipakai untuk mencari nafkah.   Mereka bisa bersekolah hingga selesai. Sang kakak mulai bernyanyi di PUB dan diskotik walaupun masih bersekolah di Sekolah Menengah Atas dan usianya bahkan belum mencapai 17 tahun. Walaupun menjadi bahan pergunjingan bahkan beberapa kali ditegur oleh guru dan kepala sekolah dia tidak ambil pusing, yang penting dia dan adik-adiknya tetap hidup dan bersekolah, toh dia tidak melakukan hal yang ditentang agama. Singkat cerita akhirnya mereka bisa menyelesaikan sekolah dan menikah dengan pria pilihan maing-masing, walaupun hanya hidup pas-pasan. Apa mereka bahagia? Tidak ada yang menunjukkan pada mereka cara mengasihi yang sesungguhnya. Hanya kasih Tuhan saja yang begitu nyata bagi mereka. Tak lama ayah mereka datang karena sudah bercerai dengan istrinya, memohon untuk tinggal di rumah kakaknya. Sang Ibu pun sangat marah mengetahui hal itu dan melampiaskan pada si kakak. Bagai makan buah si malakama, sang kakak terpaksa menerima ayahnya dan membiarkan ibunya memaki-makinya, bahkan menuntutnya dengan sejumlah uang karena sudah melahirkan dan menyusuinya.Sungguh terbalik dengan pelajaran yang didapat dari gerejanya. Sang kakak pernah mendengar ilustrasi kotbah seperti ini:

"Ada seorang anak yang menulis surat kepada ibunya :
BIAYA UPAH MEMBANTU IBU
  • ·         Membantu ke warung 20 rb
  • ·         Menjaga adik 20 rb
  • ·         Membuang sampah 5rb
  • ·         Membereskan tempat tidur 10 rb
  • ·         Menyiram bunga 20 rb
  • ·         Menyapu lantai 10 rb

Jumlah seluruhnya 85 rb

Selesai membaca surat itu sang ibu hanya tersenyum. Diambilnya pena dan menulis dibaliknya:
  • ·         Mengandung selama 9 bulan : gratis
  • ·         Biaya melahirkan dan pengobatanmu : gratis
  • ·         Terbangun tengah malam karena menyusuimu : gratis
  • ·         Memandikanmu, menyuapimu,mengajarimu berjalan :gratis
  • ·         Pakaian, minuman,  makanan dan segala keperluanmu: gratis
  • ·         Air mata karena mencemaskanmu : gratis
  • ·         Uang sekolah dan buku-bukumu : gratis


Jumlah seluruhnya : gratis

Si anak dalam cerita itu begitu tersentuh dan menitikkan air mata, sementara yang diingat sang kakak hanyalah kepahitan masa kanak-kanak. Sang ibu melakukan hal itu karena dendamnya terhadap mantan suaminya yang belum sembuh. Walaupun dalam hati kecil si kakak masih menyimpan luka terhadap kedua orangtuanya, dia selalu teringat akan ayat yang berbunyi :




Belajarlah untuk bisa mengampuni. Sesakit apapun,,, Ingatlah ada Tuhan yang tidak pernah berhenti mengasihi kita, sebesar apapun dosa kita jika kita mau bertobat. Percayalah Tuhan akan membasuh luka kita dan menjadikan kita baru. Tuhan selalu beserta kita.