Thursday, April 3, 2014

SEBUAH PERCAKAPAN

Seorang wanita cantik bertanya kepada saya.... "apa anda kenal suami saya?"... "Ya... tentu saja... kami satu gereja" jawabku. "Apa dia ramah?" tanyanya lagi. "Ya.. dia sangat ramah dan humoris" jawab saya lagi... wanita itu menunduk dan berkata "tapi dia sangat dingin pada saya, selalu membentak saya dan mengatakan hal-hal yang pedas pada saya".. matanya mulai berkaca-kaca.. "Apakah dia suka membantu teman-temannya?" tanyanya. Aku menatapnya heran, "Tentu saja.... dia tidak segan-segan menolong teman-temannya, baik tenaga, bahkan materi. Dia selalu menolong temannya yang berkekurangan.... Bukankah sebagai istri anda merasa bangga pada suami anda?" tanya saya tidak mengerti. Tiba-tiba dia menatap saya tajam. "Apakah anda tau apa yang dia lakukan di rumah? Dia hanyalah seorang pemalas yang tidak pernah mengerjakan apa2. Segala sesuatu orang lain yang kerjakan untuknya... Dan dia sangat senang menyuruh saya melakukan ini dan itu sesuka hatinya. Anda bicara dia menolong orang juga secara materi??... Saya yang bekerja di rumah, tapi dia tidak memperbolehkan saya memegang uang. Apapun yang akan saya beli, baik itu belanja harian apalagi kebutuhan saya sebagai wanita harus dibicarakan dulu dengannya. Mungkin dia akan mengijinkan saya menggunakan uang untuk kebutuhan itu, tapi sepanjang hari dia akan mengomel tentang berapapun yang saya habiskan untuk keperluan itu, walaupun hanya sekedar membeli sayuran." Saya menatapnya lekat-lekat. Apakah anda mencintai suami anda?" Dia menatap memalingkan matanya dan menatap kosong kedepan... "Saya tidak tahu...Saya memang pernah sangat mencintainya.... tapi kalau dia tidak bahagia dengan saya, saya akan melepaskannya" Katanya perlahan. "Bagaimana dengan anak2 anda?" tanya saya sedikit terkejut.
"Saya tahu ini sangat berat... Saya tidak pernah membantahnya sebagai istri, karena saya tidak suka perselisihan. Anak-anak mengira kami bahagia, tidak pernah berselisih paham walaupun kami sama sekali tidak romantis... Dia memiliki dunianya sendiri, saya juga tidak mau memaksanya, saya juga berusaha menikmati apa yang harus saya lakukan, baik mengurus anak, mengurus rumah dan lain sebagainya. Saya sudah lelah hidup seperti ini"   "Lalu apa anda menyesal menikah dengannya?.. Sebenarnya apa yang membuat anda dulu mau menikahinya? bukankah karena anda mencintainya?" Dia menundukkan kepala, "saya sudah berusaha mengingat2 kembali apa yang membuat saya dulu begitu mencintainya untuk mengembalikan cintaku padanya... Tapi hati saya terlalu terluka untuk mengingatnya. Selama kami menikah saya tidak pernah merasa bahagia bersamanya. Saya tidak tahu lagi arti cinta... bukankah cinta berarti membuat orang yang kita cintai merasa bahagia? tetapi yang terjadi pada kami sama sekali tidak seperti itu. Saya hanya membuatnya senang, tapi tidak membuatnya bahagia... Karena saya sendiri tidak pernah mendapatkan sedikitpun perhatiannya. Dia ramah pada orang lain, tapi kasar pada saya. Dia dermawan terhadap orang lain, tapi penuh perhitungan terhadap saya. Dia tertawa pada orang lain, tapi selalu marah pada saya. Dia selalu mendengarkan orang lain, tapi mengacuhkan saya. Dia selalu penuh perhatian pada orang lain, tapi tidak pernah perduli pada saya. Apa anda ingin diperlakukan seperti itu oleh orang yang anda cintai?".. Saya menatapnya sekali lagi.... "Maaf, sudah berapa lama anda menikah dengannya?" dia balik menatap saya.. "Apakah itu penting?... atau anda hanya ingin tahu berapa lama saya merasa tertekan?... sudah belasan tahun...." Katanya ketus. "Apa anda pernah bercerita kepada orang lain?" tanya saya lagi. Wanita itu tersenyum sinis, "Apa ada yang percaya pada saya bila saya mengatakannya? dia terlalu sempurna bagi orang lain... dan saya akan terlihat sangat menyedihkan." Katanya sambil berlalu. Saya hanya menatapnya pergi dan meninggalkan saya.... Dia tidak membutuhkan kata-kata yang menghibur, dia sudah melakukannya sendiri bertahun-tahun. Saya juga tidak mengatakan bahwa idenya untuk bercerai itu bagus. Saya adalah korban dr orang tua yang bercerai. Masalahnya... Apakah suaminya mau introspeksi dan berubah lebih menghargainya sebagai istri.... Atau  membiarkan ini semua berlarut larut dan saling menyakiti....
 Who knows....

No comments:

Post a Comment