Friday, May 12, 2017

Menjadi Remaja yang Berhasil

Masa #remaja bagi saya adalah masa dimana kita harus berjuang, menunjukkan jati diri di mata semua orang. Segala sesuatu yang kita dapat hari ini adalah hasil dari apa yang sudah kita lakukan pada waktu dulu. Apa bener? Kenapa sih saya suka banget ngurusin masalah remaja? Bukannya sekarang saya sudah bukan remaja lagi?

Iya. Saya punya seorang anak yang sudah hampir melepas masa remajanya dan seorang anak yang baru mau remaja. Mau tau, 'kan rasanya punya anak di usia rawan kayak gini? 

Punya anak remaja rasanya seru-seru aja, kok. Dengan anak perempuan, saya jadi punya sahabat. Ada temen buat nonton drama korea, film romantis dan drama percintaan, bahkan film yang nggak masuk akal kayak serial Harry Potter, Twilight, Hunger games dan Divergent. Nonton film yang seperti ini memang enaknya sama anak perempuan.  Aneh aja rasanya, kalau kita jerit-jerit liat cowok korea ganteng atau drakula kece disamping papanya anak-anak 'kan? 
Itulah untungnya punya anak perempuan, bisa berbagi hobby dan idola juga. Hehe... 

Terus, gimana dengan anak laki-laki? Apa kita masih bisa masuk dalam dunia mereka?
Pastiiii. 
Saya sebenarnya suka film detektif dan kriminal seperti NCIS, CSA atau Criminal Mind. Tapi berhubung anak perempuan saya kurang suka, kalau nonton sama dia saya yang ngalah nonton film korea. Biarpun awalnya enggak merasa tertarik dengan film pilihannya, saya coba nikmati aja. Hasilnya, minimal enggak ketiduran nontonnya. 

Lain anak perempuan, lain juga anak laki-laki. Anak lelaki saya suka sekali main game. Kalau yang ini memang bagian papanya. Papanya juga suka ajak dia nonton. Kadang-kadang saya ikut nonton sama-sama kalau di rumah, atau terjun mempelajari game apa yang dia mainkan, dan ikut bermain. Sebagai Emak, pasti ada aja yang dia butuhkan dari saya. Mulai dari keperluan sekolah, tugas, terutama kalau ada pertemuan orang tua murid. Jadi biar bagaimanapun, anak perempuan dan laki-laki masih tetap bergantung sama Mamanya meskipun mereka sudah #remaja.

Supaya anak-anak #remaja merasa nyaman, mulailah saya berandai-andai. Apa yang saya suka kalau jadi mereka? Apa yang enggak disukai dari orang tua saya?

1. Perhatian

Sebagai remaja kita pasti enggak akan suka kalau kedua orang tua kita sibuk sendiri, 'kan. Pingin banget cerita, tapi Mama-Papa nggak mau dengar. Waktu remaja, mencari teman yang mau mendengar curhat saya, memperhatikan apapun yang saya lakukan, bahkan mengidolakan saya adalah prioritas. Jadi kalau kita enggak mau anak lebih bergantung sama orang lain, perhatikan mereka. Jadilah teman mereka. Biar bagaimanapun, mereka adalah #harapan kita, #harapan bangsa. 

2. Waktu

Berapa banyak waktu yang sudah kita berikan untuk mereka? Jangan karena mereka sudah besar berarti mereka enggak butuh waktu kita. Sebisa mungkin, berikan waktu khusus untuk menemani mereka. Mereka juga masih rindu bimbingan kita.

3. Minat

Perhatikan minat mereka. Pujilah kalau mereka memang berbakat pada minatnya tersebut. Dalam permainan game misalnya. Jangan melemahkan #harapan mereka, tapi arahkan. Banyak juga pemain game yang berhasil, kok. Tapi, sebaiknya kita juga memberikan batasan waktu untuk mereka supaya bisa mendahulukan hal yang lebih penting.

4. Bakat

Banyak anak yang sudah terlihat bakatnya sejak kecil. Dukunglah #impian mereka, apalagi kalau itu sesuatu yang positif. Tidak semua orang sukses karena pintar di pelajaran sekolah. Siapa tahu justru mereka kelak berhasil karena bakat dan keahliannya di bidang lain. Biarkan mereka memiliki #impian dan bantu mereka menggapainya.

5. Karakter

Karakter dan kepribadian anak tentu tidak pernah lepas dari didikan orang tuanya. Anak yang perhatian, tentu karena pada waktu kecil dan remaja mereka sudah biasa diperhatikan. Biarkan mereka belajar sejak kecil tentang pentingnya sebuah keluarga. Berikan dukungan dan #motivasi yang baik pada mereka. Bila kita mengajarkan nilai-nilai dan moral yang baik pada anak-anak, maka mereka tentu memiliki moral yang baik pula di masa depan. Bisa karena terbiasa, bukan?
Sebaliknya, jangan harap anak kita tiba-tiba menjadi anak yang baik kalau sejak kecil kita tidak memberikan mereka contoh yang baik juga.

6. Marah

Jangan berharap anak mengerti kesalahannya kalau kita tidak pernah memberitahu mereka apa yang salah dan apa yang benar. Apalagi kalau kita memarahi anak karena bertindak salah, padahal itu adalah hal yang kita sedang lakukan. Misalnya handphone. Berapa banyak orang tua yang memarahi anaknya karena selalu bermain handphone, sementara dia sendiri tidak pernah lepas dari handphone. Anak tidak akan menghargai kata-kata orang tuanya, apalagi bila mengatakannya sambil marah-marah. Jadilah orang tua yang konsisten.Bedakan antara marah, dan marah-marah.

7. Mencintai

Mencintai anak berarti tidak memberikan persyaratan. Bukan mencintai anak karena mereka pintar, tapi cintailah mereka walaupun gagal. Setiap manusia tentu tidak memiliki otak yang sama persis. Jadi jangan samakan jalan pikiran anak dengan kita. Biarkan mereka mencari jalannya sendiri 
   
Demikian beberapa tips agar kita bisa menjadi #inspirasi dan #harapan anak remaja kita dalam menggapai impiannya. Dengan mendukung mereka, memberikan #motivasi yang baik terhadap mereka, kita akan menjadikan anak remaja kita menjadi #remajasukses  yang #berhasil di masa depan. 

No comments:

Post a Comment