Tuesday, January 21, 2020

Ashes of Love


        Ashes of Love, dengan judul asli 香蜜沉沉烬如霜 (Xiang Mi Chen Chen Jin Ru Shuang). Dikenal juga dengan Heavy Sweetness, Ash-like Frost , 香蜜沉沉燼如霜 , The Honey Sank Like Frost.
Awalnya, saat membaca judul drama xianxia yang juga di adaptasi dari novel ini terkesan dalam dan sedih. Rencananya saya mau skip adegan-adegan yang nggak penting dan kurang menarik. Tetapi, setelah menonton beberapa episode awal, ternyata cukup lucu dan seru. 
Film ini berjumlah 63 episode, tetapi di Viki hanya 60, dengan sutradara Chu Yui Bun. Tayang pada 2 Agustus 2018 sampai 4 September 2018, film ini memiliki genre Friendship, Historical, Comedy, Romance, Wuxia, Drama, Fantasy, Melodrama, dan Supernatural
Film ini dibuka dengan adegan megah saat dewa bunga melahirkan anak perempuan di Shui Jing, nama kerajaan bunga yang seluruh penghuninya perempuan. Sebelum meninggal, ia memberikan sebuah pil anti rasa pada anaknya, supaya saat dewasa tidak mengalami kepedihan karena cinta seperti yang dialami ibunya. Dia juga memerintahkan agar kelahiran Jin Mi, nama putrinya yang diperankan oleh Yang Zi, dirahasiakan dan tidak boleh keluar dari Shui Jing yang seluruh penghuninya perempuan selama 10.000 tahun.
Setelah 4000 tahun, Xi Fung (Deng Lung), alias phoenix, putra kedua kerajaan langit yang juga seorang Dewa Perang terluka, lalu jatuh ke Shui Jing. Dia ditolong oleh Jin Mi yang sudah menjadi gadis muda polos yang nakal. Jin Mi yang malas belajar, melihat kesempatan untuk kabur dari Shui Jing dan bekerja pada Xi Fung di istana langit.
Sejak menjadi asisten Xi Fung, Jin Mi bertransformasi dari gadis muda yang biasa-biasa, menjadi gadis cantik yang anggun, sehingga banyak pria jatuh cinta padanya. Rahasia Jin Mi yang semula tidak mengetahui perbedaan antara laki-laki dan perempuan ini pun terungkap. Begitu juga Xi Fung yang perlahan-lahan menyadari perasaannya pada Jin Mi. Film ini semakin menarik karena dibumbui kasih dan perselisihan antara saudara, kisah tersembunyi dalam keluarga, persahabatan sejati, serta politik dan penghianatan.
Buat saya, film ini seolah memberi pesan bahwa cinta adalah senjata yang paling berbahaya sekaligus paling indah. Satu hal yang pantas diperjuangkan, tapi juga bisa mengubah seseorang menjadi monster tanpa disadari.
Cinta bisa memberi rasa cemburu hingga mampu menyakiti, posesif hingga mampu melakukan apa saja supaya bisa memiliki, bahkan demi orang yang dicintai rela mengorbankan diri sendiri. Cinta bisa memberi kekuatan, tapi juga bisa membunuh.
Satu hal yang paling membekas adalah tata cara pernikahan di kerajaan Demon. Kalau saja ada alat yang bisa mendeteksi cinta sejati hanya dari setetes darah, mungkin masa kini bakal banyak pernikahan yang gagal. Hehe ...
    



No comments:

Post a Comment