Friday, March 3, 2017

MENGATASI DENDAM MASA LALU


Setiap manusia pasti pernah mengalami masa lalu baik yang pahit, maupun yang manis. Ada pertemuan, ada kehilangan, ada yang memperoleh penghargaan, sampai mendapatkan penghinaan. Disanjung sambil dibully, dicintai tapi disakiti, dinanti tapi dibohongi, diperhatikan sambil dimanfaatkan, dan lain-lain.

Memiliki masa kecil yang buruk  seharusnya menjadi pelajaran untuk masa depan yang lebih baik. Muncul jadi pribadi baru yang lebih tegar, lebih dewasa dalam mengambil tindakan dan lebih bertanggung jawab dalam mengambil keputusan. Kebanyakan orang yang memiliki masa lalu yang buruk bukan orang yang percaya diri sehingga sering menyerahkan keputusan pada orang lain. Bagi orang lain mungkin ini hal yang menjengkelkan, tidak punya kepribadian kuat dan tidak bisa memiliki pendapat atau lemah. Yang tidak diketahui adalah sikap itu sebenarnya cara mempertahankan dirinya untuk menghindar dari perselisihan, dan malas memikirkan apa yang sebenarnya dinginkan. Orang yang masa kecilnya penuh dengan kekerasan, perselingkuhan, penghinaan, dikecewakan dan dikucilkan bahkan penyiksaan memiliki trauma yang justru membuat pribadinya menjadi kuat. Tidak mudah percaya pada orang lain, bagusnya biasanya mereka tidak mau membesar-besarkan suatu masalah. Jeleknya mungkin menjadi pribadi yang kurang peka terhadap keadaan sekitar. Biasanya semangat juangnya lebih tinggi dan tidak mudah menyerah dibanding orang yang masa lalunya lebih baik. Tapi ada juga orang yang terus mengasihani dirinya, tidak bersemangat hidup dan merasa hidupnya tidak adil.


Hidup adalah pilihan. Bagaimana kita bisa melangkah dan melihat ke depan kalau hati dan pikiran kita terus tinggal dibelakang?
Ayo, buka mata kita. Yang lalu biarkan saja berlalu, tidak ada yang bisa kita rubah. Bila kita pernah mengalami hal-hal yang buruk, perlakuan orang lain terhadap kita, perlakuan orang-orang yang kita kasihi yang mengecewakan kita, kekerasan dalam keluarga, lingkungan yang buruk, penghianatan sahabat atau kekasih,  kehilangan, dan kegagalan, anggap saja itu semua sebagai ujian, dan pembelajaran terhadap diri kita. Apa hak kita melarang orang lain membenci kita sementara kita juga punya rasa benci terhadap seseorang? Mengapa kita harus pusing melihat perlakuan orang lain terhadap kita? Semua mahluk hidup di dunia ini adalah ciptaan Tuhan, terutama manusia. Jadi ciptaan Tuhan bukan cuma kita, musuh-musuh kita juga ciptaan Tuhan. Kalau Tuhan menciptakan mereka, apa hak kita menghina atau membenci ciptaan-Nya? Tanggung jawab kita terhadap Tuhan adalah diri kita sendiri dan bukan orang lain. Serahkan saja pada Tuhan orang-orang yang pernah menyakiti kita. Toh mereka sendiri pada akhirnya akan kembali pada Tuhan dan mempertanggung jawabkan apa yang sudah mereka lakukan terhadap orang lain, termasuk kita. Lalu bagaimana dengan kita? Apa kalau kita membalas mereka kita langsung diberi penghargaan oleh Tuhan?  Justru sebaliknya, Tuhan mengajarkan kita untuk mengasihi sesama, terlebih musuh kita. Yang harus kita pertanggung jawabkan pada Tuhan adalah sikap dan tingkah laku kita terhadap sesama, bukan perlakuan orang lain terhadap kita. Wajar saja kita punya rasa sakit hati, marah dan dendam. Tapi ingat, itulah ujian yang Tuhan berikan terhadap kita. Yang paling sulit dikalahkan dan ditaklukan bukan orang lain, apalagi orang-orang yang pernah menyakiti kita, tapi justru diri kita sendiri. Jadikan cobaan masa lalu dan dendam masa lalu menjadi cambuk, untuk langkah kita menuju masa depan yang lebih baik. Orang-orang sukses juga harus mengalami masa lalu yang pahit, tapi bisa bangkit dan tidak tenggelam didalamnya. Tunjukan pada dunia bahwa kita mampu, dan buktikan pada Tuhan kalau kita sanggup menjalani cobaan yang diberikan-Nya.

No comments:

Post a Comment